09.59
Hidup atau Mati?
Kehidupan, itulah cerita terindah tentang manusia yang menjalankan misinya di muka bumi. Hitam putih bersih penuh noda terlukis dalam setiap goretan pena. Senyum, tangisan, bahagia, kecewa, penyesalan, gagal, sedih, dikhianati, tertawa, jenuh, dan segala rasa tercipta ketika manusia menghembuskan nafasnya menapaki kehidupan ini. Dan kalianpun merasakannya bukan?
Hidup atau mati? Judul ini sengaja gw tulis supaya gw selalu sadar bahwa hidup itu terus berjalan dan akan berhenti ketika mati. Berjalan? Ya, manusia memang melakukan perjalanan. Berhenti? Ya, manusia akan berhenti ketika ia sudah lelah untuk bernafas. Lewat tulisan ini, gw pengen menceritakan perjalanan (karena gw manusia dan sampai saat ini gw masih terus berjalan), perjalanan tentang kehidupan, tentang gw karena yang pasti gw-lah lakon disini. Jadi, ini pandangan gw, cara gw memandang hidup ini.
Jujur gw bingung, bingung mau menulis apa dengan judul ini. Ok, gw awali dari rahim perempuan teragung, terlahirlah gw di bumi ini. Dibesarkan, dipahamkan akan ilmu kasih sayang. Dan inilah gw, yang sampai saat ini masih bingung mencari jalan kebahagiaan. Sampai saat ini gw terus berpikir, berpikir akan kebahagiaan. Kebahagiaan apa sih? Kebahagiaan yang berujung pada keadilan. Jujur saja, sampai saat ini apakah kehidupan ini sudah adil bagi anda? Kalau anda menjawab sudah, maka bersyukurlah anda. Karena gw yakin pasti anda sedang berbahagia. Kalu gw, belum. Kehidupan ini belum adil, masih banyak jutaan manusia disana yang tersesat dalam jalan penderitaan. Menangis, merintih kesakitan hanya untuk berjuang menapaki perjalanan hidupnya. Pernahkah anda berpikir akan orang lain, memikirkan alam ini, memikirkan segala unsur kehidupan yang menemani anda di dunia ini?
Sumpah gw pengen teriak, pengen teriak sekencang-kencangnya “kenapa Tuhan, kenapa sampai saat ini gw belum menemukan jalan itu”. Mungkin, kalian yang mengenal gw pernah bilang gw autis, gw sesat dan menyesatkan, gw baik, gw sederhana, gw pendiam, gw pintar, dsb. Ya, itulah penilaian sementara dari perjalanan gw.
Gw sesat, ya gw akuin dulu gw memang sesat bahkan sangat menyesatkan sampai-sampai gw sulit untuk bangun. Namun dari kesesatan itu, gw semakin tau dan semakin dewasa dalam memandang hidup ini. Terima kasih semarang karena telah membuat perjalanan ini semakin nyata. Semakin membuat gw yakin bahwa hidup itu proses, proses belajar menjadi manusia biasa yang sederhana. 9kalo mau baca selengkapnya tentang ini, kill disini!)
Kenapa ya kehidupan ini tidak dibuat sama? Kenapa tidak dibuat satu jalan sehingga hanya ada satu perjalanan. Mungkin karena Tuhan Maha Adil, oleh karena itu manusia punya cerita yang berbeda. Mungkin dari kalian ada yang mau bercerita?
Saat ini gw masih bisa bernafas dengan sehat, tapi di rumah sakit sana masih banyak orang yang untuk bernafas saja harus pakai alat bantu. Nenek tua yang harus diamputasi kakinya karena suatu penyakit, anak kecil yang divonis penyakit kanker, dan masih banyak cerita kehidupan tentang ini.
Saat ini gw masih bisa kuliah, bisa menikmati masa remaja (sudah tua kali) bersama teman mencari banyak pengalaman. Tapi, di luar sana ribuan anak kecil harus mengamen, harus menanggung beban hidup yang berat, mereka buta huruf, mereka buta akan ilmu kehidupan ini.
Saat ini gw bisa tinggal di kamar kosan yang cukup lumayan, bisa makan, bisa facebookan, bisa bisa internetan. Tapi, malam itu, malam dimana gw melihat seorang perempuan baya (panggil ibu) yang berprofesi (maaf) sebagai pemulung sedang duduk merenung di emperan toko. Entah apa yang beliau pikirkan, yang pasti gw malu, malu dengan diri gw yang gak bisa berbuat apa-apa. Ibu itu sudah makan belum y? Ibu itu tidur dimana? Bagaimana dengan keluarganya? Aaaah, pertanyaan ini selalu menyelimuti pikran gw.
Saat ini gw bisa hidup dengan tenang, tenang dalam arti aman. Tapi lihat tv sekarang juga. Disana, di mesir yang jauh sana banyak manusia yang hidupnya tidak tenang. Hidup penuh ketakutan. Mesir, yang bisa disebut kota ISLAM kenapa kok jadi gini. Apakah ISLAM mengajarkan kekerasan? Oh, Tuhan ampuni manusia di bumi ini termasuk hamba-Mu ini.
Coba naik keatas, maksudnya lihat(baca) kalimat pertama di paragraf pertama. Di awal gw bilang bahwa “Kehidupan, itulah cerita terindah”. Kehidupan itu memang indah. Setiap manusia bisa tersenyum tapi manusia itu sendiri yang menghendaki untuk tidak tersenyum. Setiap manusia bisa tertawa, tapi manusia malah memilih untuk menangis. Manusia bisa berjalan, tapi merekalah yang memilih untuk berhenti karena putus asa. Manusia punya segala rasa karena mereka punya akal, karena itulah muncul segala macam penilaian akan perjalanan tentang kehidupan. Jadi hidup ini Indah, perjalanan ini indah. Sekali lagi, hidup ini indah. Meskipun masih banyak yang menderita, masih banyak yang tak bisa merasakan kehidupan ini, setidaknya ia telah dipilih Sang Pencipta untuk memaknai kehidupan ini. Sehingga ia berpeluang untuk masuk SURGA.
Sempat ada kalimat dari gw yang mengatakan kalau kehidupan ini belum adil. Ya betul, belum adil bagi kehidupan gw karena gw belum bisa menjadi yang terbaik bagi tubuh gw ini. Gw masih belum bisa bersyukur sampai-sampai gw terlalu kasihan dengan orang yang teraniaya hidupnya. Gw belum bisa menggunakan akal ini untuk bisa menjaga tubuh ini. Tapi, pada akhirnya hidup itu indah. Jadi selagi anda belum lelah untuk bernafas maka pilihlah untuk bisa Hidup karena anda akan bisa merasakan keindahan, tapi jika anda telah lelah untuk bernafas maka mati jalan terbaik menuju keindahan abadi yaitu SURGA. Namun ketika mati, anda (termasuk gw) tidak bisa lagi menapaki kembali perjalanan hidup, kembali hanya untuk mencari petunjuk jalan menuju keindahan abadi tersebut.
Sumpah gw pengen teriak, pengen teriak sekencang-kencangnya “kenapa Tuhan, kenapa sampai saat ini gw belum menemukan jalan itu”. Mungkin, kalian yang mengenal gw pernah bilang gw autis, gw sesat dan menyesatkan, gw baik, gw sederhana, gw pendiam, gw pintar, dsb. Ya, itulah penilaian sementara dari perjalanan gw.
Gw sesat, ya gw akuin dulu gw memang sesat bahkan sangat menyesatkan sampai-sampai gw sulit untuk bangun. Namun dari kesesatan itu, gw semakin tau dan semakin dewasa dalam memandang hidup ini. Terima kasih semarang karena telah membuat perjalanan ini semakin nyata. Semakin membuat gw yakin bahwa hidup itu proses, proses belajar menjadi manusia biasa yang sederhana. 9kalo mau baca selengkapnya tentang ini, kill disini!)
Kenapa ya kehidupan ini tidak dibuat sama? Kenapa tidak dibuat satu jalan sehingga hanya ada satu perjalanan. Mungkin karena Tuhan Maha Adil, oleh karena itu manusia punya cerita yang berbeda. Mungkin dari kalian ada yang mau bercerita?
Saat ini gw masih bisa bernafas dengan sehat, tapi di rumah sakit sana masih banyak orang yang untuk bernafas saja harus pakai alat bantu. Nenek tua yang harus diamputasi kakinya karena suatu penyakit, anak kecil yang divonis penyakit kanker, dan masih banyak cerita kehidupan tentang ini.
Saat ini gw masih bisa kuliah, bisa menikmati masa remaja (sudah tua kali) bersama teman mencari banyak pengalaman. Tapi, di luar sana ribuan anak kecil harus mengamen, harus menanggung beban hidup yang berat, mereka buta huruf, mereka buta akan ilmu kehidupan ini.
Saat ini gw bisa tinggal di kamar kosan yang cukup lumayan, bisa makan, bisa facebookan, bisa bisa internetan. Tapi, malam itu, malam dimana gw melihat seorang perempuan baya (panggil ibu) yang berprofesi (maaf) sebagai pemulung sedang duduk merenung di emperan toko. Entah apa yang beliau pikirkan, yang pasti gw malu, malu dengan diri gw yang gak bisa berbuat apa-apa. Ibu itu sudah makan belum y? Ibu itu tidur dimana? Bagaimana dengan keluarganya? Aaaah, pertanyaan ini selalu menyelimuti pikran gw.
Saat ini gw bisa hidup dengan tenang, tenang dalam arti aman. Tapi lihat tv sekarang juga. Disana, di mesir yang jauh sana banyak manusia yang hidupnya tidak tenang. Hidup penuh ketakutan. Mesir, yang bisa disebut kota ISLAM kenapa kok jadi gini. Apakah ISLAM mengajarkan kekerasan? Oh, Tuhan ampuni manusia di bumi ini termasuk hamba-Mu ini.
Coba naik keatas, maksudnya lihat(baca) kalimat pertama di paragraf pertama. Di awal gw bilang bahwa “Kehidupan, itulah cerita terindah”. Kehidupan itu memang indah. Setiap manusia bisa tersenyum tapi manusia itu sendiri yang menghendaki untuk tidak tersenyum. Setiap manusia bisa tertawa, tapi manusia malah memilih untuk menangis. Manusia bisa berjalan, tapi merekalah yang memilih untuk berhenti karena putus asa. Manusia punya segala rasa karena mereka punya akal, karena itulah muncul segala macam penilaian akan perjalanan tentang kehidupan. Jadi hidup ini Indah, perjalanan ini indah. Sekali lagi, hidup ini indah. Meskipun masih banyak yang menderita, masih banyak yang tak bisa merasakan kehidupan ini, setidaknya ia telah dipilih Sang Pencipta untuk memaknai kehidupan ini. Sehingga ia berpeluang untuk masuk SURGA.
Sempat ada kalimat dari gw yang mengatakan kalau kehidupan ini belum adil. Ya betul, belum adil bagi kehidupan gw karena gw belum bisa menjadi yang terbaik bagi tubuh gw ini. Gw masih belum bisa bersyukur sampai-sampai gw terlalu kasihan dengan orang yang teraniaya hidupnya. Gw belum bisa menggunakan akal ini untuk bisa menjaga tubuh ini. Tapi, pada akhirnya hidup itu indah. Jadi selagi anda belum lelah untuk bernafas maka pilihlah untuk bisa Hidup karena anda akan bisa merasakan keindahan, tapi jika anda telah lelah untuk bernafas maka mati jalan terbaik menuju keindahan abadi yaitu SURGA. Namun ketika mati, anda (termasuk gw) tidak bisa lagi menapaki kembali perjalanan hidup, kembali hanya untuk mencari petunjuk jalan menuju keindahan abadi tersebut.